JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membahas berbagai masalah yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia ketika bertemu dengan Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Anifah Haji Aman. Hubungan kedua negara harus memerhatikan bermacam hal yang dapat memicu sensitifitas publik.
"Memang hubungan Indonesia dan Malaysia itu spesial, tetapi penuh tantangan karena kesamaan budaya dan dekatnya hubungan people to people," ujar juru bicara presiden bidang luar negeri Dino Patti Djalal seusai pertemuan di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (17/9).
Dalam pertemuan itu Menteri Luar Negeri Malaysia Datuk Anifah Haji Aman didampingi Pejabat Senior Menteri Luar Negeri Dato Syed Munshe Afdzaruddin Syed Hassan, Undersecretary South East Asia Divisian Menteri luar negeri Dato Adnan Othman, Charge D'affairnes Embassy of Malaysia Amran Mohamed Zin, dan Minister Counsellor Embassy of Malaysia Jakarta Raja Reza Raja Zaib Shah.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda, Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa, Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi, dan Duta Besar Indonesia untuk Malaysia Da'i Bachtiar.
Hubungan kedua negara memiliki intensitas yang tinggi. Itu pula yang sering menimbulkan gesekan antara Indonesia dan Malaysia. Dalam pertemuan itu, kedua tokoh sepakat hubungan emosional kedua negara dalam kondisi baik.
Terungkap pula apresiasi dan kebanggaan Malaysia mengakui banyak budaya mereka yang berasal dari Indonesia. Turut menjadi perhatian ialah media di kedua negara yang sering memanasi gesekan antara Indonesia dan Malaysia dalam berbagai isu. Media di kedua negara diminta teliti dan cermat.
Dino juga menyatakan Malaysia tidak mengklaim tari Pendet dan Batik. Masalah tari Pendet diakui kesalahan dari prosedur televisi yang memproduksi iklan pariwisata Malaysia. Iklan juga telah tarik dari peredaran.
Sedangkan masalah batik, yang di klaim oleh Malaysia hanya pematenan alat mencetak batik yang polanya diakui terinspirasi dari batik asal Indonesia. (mi/red)