JAKARTA - Kriminolog Universitas Indonesia Adrianus Meliala melihat ada dua modus dalam kasus pembobolan rekening melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Pertama dengan menggunakan peranti lunak (software) seperti yang terjadi beberapa hari terakhir.
Sementara pencurian tipe kedua menggunakan kekerasan fisik. Mesin ATM dibongkar paksa, dirusak, atau dibawa pergi. Adrianus mengatakan dua jenis perampokan ini sudah pernah terjadi di Indonesia.
"Kalau yang software pasti ada unsur keterlibatan dari orang dalam. Jadi diserang melalui sistem," kata Adrianus kepada wartawan dalam diskusi bertajuk 'Indonesia Baru Bebas Narkoba 2015' di Universitas Tarumanegara, Jakarta Barat, Kamis, 21 Januari 2010.
Sementara pelaku yang menggunakan cara fisik, menurut Adrianus, biasanya residivis atau penjahat kambuhan. Kasus perampokan melalui ATM ini merebak pertengahan bulan ini di Bali.
Hingga Rabu kemarin, sudah ada laporan hampir 20 nasabah yang tersebar di Denpasar, Kuta, Gianyar. Empat korban di antaranya adalah warga asing yang tinggal di Bali yang melaporkan kehilangan dana di ATM.
Adrianus menyarankan agar bank besar menyeleksi tempat sebelum memasang mesin ATM. Bank harus bisa menyediakan pengawasan ganda, tidak hanya oleh penjaga namun juga masyarakat.
"Mesin sebaiknya dipasang di tempat yang tidak jauh dari keramaian masyarakat," kata Adrianus. "Masyarakat selain turut mengamankan juga bisa membuat kondisi sekitar mesin nyaman."
Kedua, harus ada perlindungan ekstra untuk mesin ATM itu sendiri. Bank diimbau mendirikan rintangan sekitar ATM. Misalnya, dengan menempatkan barikade di sekitar mesin sehingga mobil tidak bisa menabrak mesin atau membawa kabur.
Terakhir, Adrianus berharap bank membuat saluran aduan dan bekerja sama dengan Kepolisian. "Jadi pengaduan bisa cepat ditanggapi," ujar dia.(vv/red)